- PENDAHULUAN
Kedelai di Sulawesi Selatan umumnya ditanam pada lahan sawah baik
sawah tadah hujan, sawah semi intensif, maupun pada sawah irigasi
teknis. Lahan sawah tersebut, ada yang ditanami dua kali dan ada juga
satu kali. Kendala utama penanaman kedelai terutama adalah kondisi
iklim yang tidak menentu dan tingginya serangan hama dan penyakit.
Perubahan iklim yang secara tiba-tiba akan mengganggu pertumbuhan dan
produksi kedelai. Kedelai merupakan tanaman yang sangat peka pada curah
hujan yang tinggi dan kekeringan yang berkepanjangan. Ada beberapa
varietas yang toleran terhadap kekeringan dan genangan.
- VARIETAS UNGGUL
- Varietas Unggul Umur Genjah
Varietas kedelai yang berumur genjah (< 80 hari) antara lain :
Gepak Ijo (76 hari), Gepak Kuning (73 hari), Grobogan (76 hari),
Baluran (80 hari), Argomulyo (80 hari), Leuser (78 hari), dan Malabar
(70 hari).
- Varietas Unggul Umur Sedang
Varietas kedelai umur sedang (81-89 hari) antara lain : Burangrang
(82 hari), Sinabung (88 hari), Kaba (85 hari), Tanggamus (88 hari),
Sibayak (89 hari), Lawit (84 hari), Menyapa (85 hari), Ijen (83 hri),
Panderman (85 hari), dan Rajabasa (85 hari), Gumitir (81 hari), Argopuro
(84 hari), Detam-1 (84 hari), Detam-2 (82 hari).
- Varietas Unggul Umur Dalam
Varietas kedelai umur dalam (90> hari) antara lain : Arjasari (98
hari),Seulawah (93 hari), Merubetiri (95 hari), Anjasmoro (92 hari),
Mahameru (94 hari), Nanti (91 hari), Manglayang (92 hari), dan Ratai (90
hari).
.
- Varietas Unggul Biji Besar
Varietas kedelai biji besar antara lain : Grobogan (18 g/100 biji),
Arjasari (19,2 g/100 biji), Argopuro (17,80 g/100 biji), Gumitir (15,75
g/100 biji), Rajabasa (15 g/100 biji), Panderman (18 g/100 biji),
Baluran (15 g/100 biji), Anjasmoro (15,3 g/100 biji), Mahameru 16,5
g/100 biji), Burangrang (17 g/100 biji), Detam-1 (14,84 g/100 biji) dan
Argomulyo (16,0 g/100 biji).
- Varietas Unggul Biji Sedang
Varietas kedelai biji sedang antara lain : Detam-2 (13,54 g/100
biji), Ratai (10,5 g/100 biji), Ijen (11,23 g/100 biji), Merubetiri (13
g/100 biji), Lawit (10,5 g/100 biji), Sibayak (12,5 g/100 biji), Nanti
(11,5 g/100 biji), Tanggamus (11,0 g/100 biji), Kaba (10,37 g/100 biji),
dan Sinabung (10,68 g/100 biji).
- Varietas Unggul Biji Kecil
Varietas kedelai biji kecil antara lain : Gepak Ijo (6,82 g/100
biji), Gepak Kuning (8,25 g/100 biji), Seulawah (9,5 g/100 biji), dan
Menyapa (9,1 g/100 biji).
- Varietas Unggul Untuk Lahan Kering Masam
Varietas unggul baru yang adaptif pada lahan kering masam antara lain
: 1)Varietas Tanggamus dengan potensi hasil 2,8 t/ha, tahan rebah, dan
tidak mudah pecah, 2) Varietas Nanti dengan potensi hasil 2,50 t/ha,
tahan rebah, dan tidak mudah pecah, 3) Varietas Ratai dengan potensi
hasil 2,70 t/ha, dan agak tahan rebah, 4) Varietas Seulawah dengan
potensi hasil 2,50 t/ha dan agak tahan rebah, dan Varietas Rajabasa
dengan potensi hasil 3,90 t/ha, tahan rebah, dan adaptif pada lahan
kering masam.
- Varietas Unggul Toleran/tahan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit
Varietas unggul baru yang tahan/toleran terhadap hama : 1) Gepak Ijo
tahan terhadap serangan ulat grayak, Aphis sp, dan penggulung daun, dan
Phaedonia sp, 2) Gepak Kuning agak tahan terhadap ulat grayak, Aphis sp,
penggulung daun, dan Phaedonia sp, 3) Detam-2 agak tahan terhadap
pengisap polong, 4) Detam-1 agak tahan terhadap pengisap polong, 5)
Argopuro agak tahan terhadap lalat kacang, pengisap polong, ulat grayak,
6) Rajabasa tahan terhadap penyakit karat daun, 7) Ratai agak tahan
terhadap penyakit karat daun, 7) Panderman agak tahan terhadap ulat
grayak, 8) Ijen agak tahan terhadap ulat grayak, 9) Anjasmoro moderat
terhadap karat daun, 10) Mahameru moderat terhadap karat daun, 11) Nanti
tahan terhadap penyakit karat, 12)Tanggamus moderat terhadap penyakit
karat daun, 13) Kaba agak tahan terhadap karat daun, 14) Sinabung agak
tahan terhadap penyakit karat daun, 15) Burangrang toleran terhadap
penyakit karat daun, 16) Argomulyo teleran terhadap penyakit karat daun,
17) Pangrango tahan terhadap karat daun.
- Varietas Unggul Umur Genjah
Varietas kedelai yang berumur genjah (< 80 hari) antara lain :
Gepak Ijo (76 hari), Gepak Kuning (73 hari), Grobogan (76 hari),
Baluran (80 hari), Argomulyo (80 hari), Leuser (78 hari), dan Malabar
(70 hari).
- PERSIAPAN LAHAN
- Tanah bekas penanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek. Untuk memberantas gulma perlu disemprot dengan herbisida kontak atau sistemik.
- Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 20 cm setiap 3-4 m. Saluran ini berfungsi mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai saluran irigasi pada saat tanaman perlu tambahan air.
- PENANAMAN
- Benih kedelai ditanam dengan tugal. Pada kondisi musim kemarau, sebaiknya lubang tanam lebih dalam untuk menghindari kekeringan, sedangkan pada musim hujan lubang tanam sebaiknya lebih dangkal untuk menghindari pembusukan akar akibat tanah becek.
- Kebutuhan benih : 25-40 kg, tergantung dari ukuran biji. Semakin besar ukuran biji sebanyak banyak benih yang dibutuhkan, sebaliknya semakin kecil ukuran biji semakin sedikit kebutuhan benih.
- Jarak tanam : 40 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm atau 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 10 cm tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan umur tanaman. Semakin tinggi kesuburan tanah, sebaiknya jarak tanam yang digunakan yang lebih renggang begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kesuburan tanah sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat. Begitu pula pada umur varietas, varietas yang umur pendek (genjah), sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x 10 cm), varietas yang umur sedang sebaiknya menggunakan jarak tanam yang sedang (40 cm x 15 cm), dan varietas yang umur dalam (umur panjang), jarak tanam yang digunakan lebih renggang (40 cm x 25 cm).
- Pada lahan sawah tadah hujan, sebaiknya penanaman dilakukan tidak lebih dari 7 hari setelah panen padi. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan kelembaban tanah untuk perkecambahan benih. Pada kondisi tanah kering, ada beberapa cara yang sering dilakukan petani antara membuat alat tugal yang dilengkapi dengan penampungan air seperti yang dilakukan oleh petani di Panincong dan Batu-Batu. Alat ini cukup efektif untuk membantuk biji berkecambah pada kondisi tanah kering. Lubang yang dibuat pada musim kemarau sebaiknya lebih dalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam perakaran tanaman sehingga terhindar dari kekeringan. Sedangkan lubang tanam yang dibuat pada musim hujan sebaik lebih dangkal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembusukan akar akibat kelembaban yang terlalu tinggi. Cara kedua yang dapat dilakukan bila menanam dimusim kemarau adalah merendam benih sebelum ditanam (3-8 jam) tergantung dari kondisi kadar air benih kedelai.
- PEMUPUKAN
Untuk lahan sawah bekas pertanaman padi, cukup diberikan pupuk NPK
dengan dosis 200 – 300 kg/ha, tergantung dari tingkat kesuburan tanah.
Pemberian pupuk diberikan secara larikan atau ditabur diantara barisan
tanaman. Setelah ditaburi pupuk segera diairi untuk menghindari terjadi
kekeringan tanaman akibat reaksi pupuk. Bisa juga pemberian pupuk
dilakukan setelah tanaman diari. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kekeringan tanaman akibat penggunaan pupuk.
- PENGAIRAN
Pada awal pertumbuhan (15-21 hst), saat berbunga (umur 25-35 hari), dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari) tanaman kedelai
sangat peka terhadap kekurangan air. Pada fase tersebut tanaman harus
diari apabila tidak turun hujan. Pada saat pemberian air, untuk
mempercepat peresapan air keseluruh bagian sawah, maka sebagian saluran
air ditutup.
- PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
- Pengendalian Hama
- Ulat Grayak (Spodoptera litura L)
Ambang ekonomi ulat grayak (Spodoptera litura L.) : 1) Intensitas kerusakan baru sebesar 12,5% pada umur 20 hst dan lebih dari 20% pada umur tanaman lebih 20 hst, 2) Pada fase vegetative ditemukan 10 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun tanaman, 3) Pada fase pembungaan ditemukan 13 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun tanaman, dan 4) Pada fase tanaman pengisian polong ditemukan 26 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun tanaman.
Serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) ulat grayak berwarna
coklat (Gambar 7) meletakkan telur secara berkelompok, setiap kelompok
telur terdiri dari 30-700 butir yang ditutupi bulu-bulu berwarna merah
kecoklatan. Telur akan menetas 3 hari. Ulat yang baru keluar berkelompok
di permukaan daun dan memakan epirdermis daun, sedangkan ulat tua
memakan seluruh bagian daun kecuali tulang daun, sehingga daun-daun yang
terserang dari jauh terlihat berwarna putih (Gambar 14). Ulat grayak
aktif pada malam hari. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 9-10
hari, kepompong akan berubah menjadi ngangat dewasa (kupu-kupu). - Penggerek polong (Helicoperpa armigera)
Serangga dewasa atau kupu-kupu (H. armigera) meletakkan telur secara
terpencar satu per satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari.
Telur berwarna kuning muda, bisanya diletakkan pada tanaman yang berumur
2 minggu. Periode telur 2-5 hari. Ulat muda makan jaringan daun,
sedangkan ulat instar yang lebih tua memakan bunga, polong muda, dan
biji. Warna ulat bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau coklat atau
agak kecoklatan. Kepompong terbentuk di dalam tanah setelah 12 hari.
Gejala serangan yang biasa dicirikan dengan kepala dan bagian tubuhnya masuk ked alam polong. Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-daun dan bunga.
- Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella)
Penggerek polong kedelai (E. zinckenella Treitschke) di Indonesia
dikenal dua jenis yaitu E. zinckenella dan E. hobsoni. Kedua jenis
penggerek polong ini mudah dibedakan dengan melihat tanda garis putih
pada sayap depan bagian pinggir imago E. zinckenella. Imago E.
zinckenella meletakkan telur pada polong tanaman pukul 15.00-03.00 dan
terbanyak pada pukul 18.00-21.00. Sedangkan E.hobsoni meletakkan telur
pada pukul 12.00-23.59 dan terbanyak pada pukul 15.00-17.59.
Imago penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan pertanaman kedelai sejak pembungaan sampai menjelang panen. Telur dapat dijumpai pada daun, bunga, batang, dan polong. Telur dan larva dapat dijumpai pada polong muda sampai tua baik pada batang bagian atas, tengah, maupun bawah.
Pengendalian dengan menggunakan insektisida dilakukan bila ditemukan 2 ulat/tanaman atau bila tingkat serangan mencapai >2,5%. Jenis insekitisida yang dapat digunakan antara lain : Insektisida yang berbahan aktif permetrin, Sipermetrin, dll.
- Kepik Polong/Kepik Coklat (Riptortus linearis)
Serangga dewasa dari kepik polong ini mirip dengan walang sangit,
berwarna coklat, dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi
badannya. Panjang tubuh 14-16 cm, telurnya diletakkan secara berkelompok
di atas permukaan daun dengan dua baris. Setelah 6-7 hari, telur
menetas menjadi kepik muda yang mirip dengan semut berwarna merah.
Siklus hidup kepolong mulai dari telur sampai menjadi dewasa sekitar 29
hari.
Gejala serangan, kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong dan biji dengan cara menusukkan stiletnya pada kulit polong dan terus ke biji kemudian mengisap cairan biji. Serangan terjadi pada fase perkembangan biji dan pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji menjadi kempis, kemudian mengering dan polong gugur.
- Kepik Hijau (Nezara viridula) Pengisap Polong
Hama kepik hijau merupakan hama polyphagus yang dapat menyerang
beberapa jenis tanaman antara lain : padi, kedelai, kacang hijau, kacang
panjang, kapas, dll. Telurnya diletakkan secara berkelompok di atas
permukaan daun bagian atas, bawah, polong, dan batang tanaman dengan
rata-rata 80 butir. Telur menetas setelah 5-7 hari. Satu ekor serangga
dewasa mampu meletakkan telur sekitar 1100 telur. Nimfa yang baru keluar
bergerombol berwarna coklat kemerahan dan selanjutnya berwarna hitam
keputihan.
Kepik mulai datang di pertanaman pada saat menjelang pembungaan. Nimfa dan dewasa merusak polong dan biji dengan cara menusuk dan mengisap cairan polong dan biji pada semua stadia pertumbuhan. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengisap polong adalah penuruan hasil dan kualitas biji. Pengendalian dengan menggunakan insektisida direkomendasikan bila mencapai ambang kendali yaitu : 1) bila mencapai intensitas kerusakan >2% dan 2) bila ditemukan 1 pasang imago/serangga dewasa pada 20 rumpun tanaman.
- Lalat Kacang (Agromyza phaseoli Tryon)
Serangga dewasa meletakkan telurnya pada kotiledon dan ada juga pada
daun pertama dan kadang-kadang pada daun tua, tetapi yang selalu terjadi
adalah pada daun muda. Telur menetas menjadi larva pertama, larva ini
menggerek ke dalam kotiledon menuju pangkal daun. Kemudian larva ini
melanjutkan ke bagian kutikula dan pangkal batang memakan dan jaringan
tanaman menjadi rusak.
- Ulat Grayak (Spodoptera litura L)
- Pengendalian Penyakit Tanaman Kedelai
- Penyakit Busuk Akar
Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur yang menyerang biji sebelum
dan sesudah munculnya dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang
menyebabkan tanaman menjadi layu pada saat perkecambahan dan tanaman
dewasa. Gejala yng terjadi pada tanaman dewasa yaitu pertama daun
pinggirnya menjadi kuning dan selanjutnya menjadi layu. Penyakit busuk
akar ini dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida yang berbahan
aktif Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil, dan Benomil.
- Penyakit Busuk Batang
Penyakit busuk batang ini disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii
Sacc. Cendawan ini menyerang tanaman muda sehingga dikenal sebagai
penyakit tanaman muda atau penyakit pembibitan walaupun pada kondisi
tertentu dan lingkungan yang memungkinkan patogen ini dapat menimbilkan
kerusakan pada tanaman dewasa pada bagian daun bahkan polong kedelai.
Gejala penyakit busuk batang tanaman yang sakit menunjukkan gejala penyakit berupa nekrosis pada jaringan floem pada pangkal batang. Nekrosis terjadi pada pangkal batang dekat permukaan tanah. Pada tanaman sakit yang menunjukkan gejala layu, pangkalnya berubah warna menjadi coklat kemerahan. Apabila tanaman sakit ini dibiarkan terus pada tanah dalam kondisi lembab, maka dalam waktu 5-6 hari akan muncul miselium dipermukaan tanah membentuk kipas. Pada kurung waktu 5-6 hari kemudian berikutnya akan muncul Sclerotium muda berwarna putih yang kemudian semakin gelap dengan bertambahnya umur dan akhirnya berwarna coklat kemerahan pada kondisi matang.
Pengendalian penyakit ini dapat digunakan fungisida Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil, dan Benomil. Penggunaan Trichoderma sp sebagai model pengendalian menggunakan jamur antagonis yang efektif dan aman dari pengaruh dampak lingkungan.
- Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)
Epidemi diperparah dengan panjangnya waktu daun dalam kondisi basah
dengan temperatur kurang dari 28 Co. Perkembangan spora dan penetrasi
spora membutuhkan air bebas dan terjdi pada suhu 8-28 Co . Uredia mencul
9-10 hari setelah infeksi dan urediniosproa diproduksi setelah 3
minggu. Pada kondisi lembab yang panjang dan periode dingin dibutuhkan
untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi. Penyebaran urediniospora
dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan. Patogen ini tidak
ditularkan melalui benih.
Gejala timbul pada daun pertama berupa bercak-bercak yang berisi uredia (badan buah yang memproduksi spora). Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun. Warna berupa coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya bersudut banyak berukuran sama (1 mm). Bercak ini juga terlihat pada bagian batang dan tangkai daun.
- Penyakit Bercak, Bercak Biji, dan Hawar Daun (Cercospora kikuchii)
Gejala pada daun, batang, dan polong sulit dikenali sehingga pada
polong yang normal mungkin bijinya sudah terinfeksi. Gejala awal pada
daun timbul saat pengisian biji dengan kenampakan warna ungu, ungu muda
yang selanjutnya menjadi kasar, kaku, dan berwarna ungu kemerahan.
Bercak berbentuk menyudut sampai tidak beraturan dengan ukuran beragam
dari sebuah titik sebesar jarum sampai menjadi 10 mm dan menyatu menjadi
bercak yang lebih besar. Gejalanya mudah diamati pada biji yang
terserang yaitu timbul bercak warna ungu. Biji mengalami diskolorasi
dengan warna yang bervariasi dari merah muda atau ungu pucat sampai ungu
tua dan berbentuk titik sampai titik beredar dan membesar.
Jamur Cercospora kikuchii ini menghasilkan spora yang melimpah pada suhu 23-27 Co dalam waktu 3-5 hari pada jaringan yang terinfeksi termasuk biji. Penyakit ini tidak menurunkan hasil secara langsung, tetapi menurunkan kualitas biji dengan adanya bercak ungu yang kadang-kadang mencapai 50% permukaan biji. Inokulum pertama dari biji atau jaringan tanaman terinfeski yang berasal dari pertanaman sebelumnya. Di lapangan dengan temperatur 28-30 Co disertai kelembaban tinggi cukup lama akan memacu perkembangan penyakit bercak dan hawar daun. Infeksi penyakit meningkat dengan bertambah panjangnya periode embun dan pada varietas yang berumur pendek gejala penyakit akan lebih berat.
- Penyakit Virus Mosaik (SMV)
Tulang daun pada yang masih muda menjadi kurang jernih. Selanjutnya
daun berkerut dan mempunyai gambaran mosaik dengan warna hijau gelap di
sepanjang tulang daun. Tepi daun sering mengalami klorosis. Tanaman yang
terinfeksi SMV ukuran bijinya mengecil dan jumlah biji berkurang
sehingga hasilnya turun. Bila penularan virus terjadi pada tanaman muda,
penurunan hasil berkisar 50-90%.
Siklus hidup penyakit dan Epidemiologi SMV dapat menginfeksi tanaman kacang-kacangan : kedelai, buncis, kacang hijau, kacang panjang, kapri, dan orok-orok. Virus SMV tidak aktif pada suhu 55-70 Co dan tetap efektif pada daun kedelai kering selama 7 hari pada suhu 25-33 Co. Partikel SMV sukar dimurnikan karena cepat mengalami degregasi. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah : 1) menanam varietas tahan atau toleran, 2) Mengendalikan vektornya termasuk jenis kutu-kutu (Aphis sp), dan 3) mengendalikan jenis tanaman inang lainnya termasuk jenis kacang-kacangan lainnya.
- Penyakit Busuk Akar
Penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur yang menyerang biji sebelum
dan sesudah munculnya dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang
menyebabkan tanaman menjadi layu pada saat perkecambahan dan tanaman
dewasa. Gejala yng terjadi pada tanaman dewasa yaitu pertama daun
pinggirnya menjadi kuning dan selanjutnya menjadi layu. Penyakit busuk
akar ini dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida yang berbahan
aktif Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil, dan Benomil.
- Pengendalian Hama
- PANEN DAN PASCA PANEN
- Panen
Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah rontok, polong
berwarna kuning/coklat, dan telah mengering. Panen dilakukan dengan
memotong pangkal batang pakai sabit. Hindari panen dengan cara mencabut
tanaman untuk menghindari tercampurnya hasil panen dengan tanah.
Perontakan dapat dilakukan dengan menggunakan Power Treser (Perontok dengan menggunakan mesin) atau dengan cara manual pakai kayu. Perontokan dengan cara manual sebaiknya menggunakan kayu yang tidak bersegi untuk menghidari pecahnya biji akibat pukulan kayu.
- Pasca Panen
Biji yang sudah dibersihkan , kemudian dijemur selama 3-5 hari
tergantung dari kondisi cuaca. Untuk penyimpanan biji sebaiknya
menggunakan karung plastik dengan kadar 10-12%. Hal ini dimaksudkan
supaya dapat bertahan lama dan tidak mudah diserang oleh hama dan
penyakit.
Biji yang mau dijadikan benih sebaiknya kadar airnya berkisar 9-10% dan disimpan dalam wadah yang tertutup seperti jergen atau drum untuk benih jumlah yang terbatas. Sedangkan benih yang jumlahnya banyak sebaiknya dikemas menggunakan plastik dengan ketebalan 0,2 mm kemudian dimasukkan ke dalam karung.
- Panen
Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah rontok, polong
berwarna kuning/coklat, dan telah mengering. Panen dilakukan dengan
memotong pangkal batang pakai sabit. Hindari panen dengan cara mencabut
tanaman untuk menghindari tercampurnya hasil panen dengan tanah.
Arifin, M. dan W.Tengkano. 2008. Tingkat
kerusakan ekonomi hama kepik coklat pada kedelai. Jurnal Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan. Vol.27 No.1 : 47-53.
Baliadi, Y., Tengkano, dan Marwoto. 2008.
Penggerek polong kedelai, Etiella zinckenella Treitschke (Lepidoptera ;
Pyralidae) dan strategi pengendaliannya di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian, Volume : 27, Nomor ; 4
Budidaya Kedelai pada Berbagai Agroekosistem. 2008. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Badan Litbang Pertanian.
Chamzurni. 2011. Efektifitas dosis dan
waktu aplikasi Trichoderma virens terhadap serangan Sclerotium rolfsii
pada kedelai. Jurnal Floatek.
Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan
dan Umbi-Umbian. 2008. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan
Umbi-Umbian. Badan Litbang Pertanian.
Kalshoven. 1981. Pyralidae. The Pests of Crops In Indonesia. p. 332-340.
Kranz, J. 1977. Diseases, Pests and Weeds in Tropical Crop. p. 536-541.
Pandum Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu
Kedelai. 2007. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Badan
Litbang Pertanian.
Puslitbangtan.2006. Hama, Penyakit, dan
Masalah Hara pada Kedelai. Identifikasi dan Pengendaliannya. Badan
Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
Teknologi Produksi Kacang-Kacangan dan
Umbi-Umbian.2005. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Badan Litbang Pertanian.
Indiati. Hama utama kacang hijau dan
kacang tanah serta cara pengendaliannya. Lingkages Visit for Staff from
Provincial Research and Development Organisation to. The Indonesian
Legumes and Tuber Crops Research Institute in Malang, East Java.
Kerjasama Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian
dengan ACIAR-Smallholder Agribusiness Development Inisiative (SADI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar